MENCETAK
Mencetak adalah salah satu kegiatan dalam seni rupa
untuk memperbanyak gambar dengan alat cetak/ acuan/ klise dengan cara menggores
atau mencukil pada sekeping papan, gips, logam, atau bahan lainnya.
Cetak Tinggi
(alto relief print)
Yakni seni cetak yang mana bagian-bagiannya timbul,
apabila diberi tinta dan diletakkan path permukaan kertas (bidang datar) akan
meninggalkan bekas yang sesuai dengan bagian yang timbul path cetakan (klise). Proses
cetak tinggi menggunakan klise/ acuan/ alat cetak yang akan menghasilkan gambar
dari bagian yang menonjol. Apabila alat cetak dioles dengan tinta, bagian yang
menonjol atu akan menerima tinta. Jika klise/ alat cetak itu ditempelkan pada
kertas kemudian diangkat, maka tampaklah gambar pada kertas.
Contoh cetak
tinggi yang sederhana ialah: stempel, jari, uang logam, potongan pelepah
pisang, tutup botol, kulit kacang, buah-buahan, rol tissu dan benang ditempel,
cukilan ubi/ wortel, dan sebagainya.
Pembuatan klise untuk cetak tinggi dapat dilakukan
dengan menggunakan guntingan gambar, dan selanjutnya dapat untuk mencetak,
contohnya media berupa: guntingan gambar, papan/ karet (linolium)/ ubi, cat
poster/ pewarna kue, pensil, kuas atau pencukil, dan kertas gambar.
Cara
pembuatan:
a.
Gambar
ditempelkan pada papan atau karet atau ubi;
b.
Pola
ditoreh/ dicukil dengan pisau/ alat pencukil;
c.
Klise/ alat
cetak selesai;
d.
Klise/ alat
cetak dioles dengan tinta;
e.
Cetakan ke
atas kertas gambar;
f.
Jadilah
gambar cetakan.
Adapun contoh
lain adalah Cetak Penampang, Daun-daunan, dan Umbi-umbian
Bahan dan
alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah, daun-daunan,
umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas, koran bekas.
Proses pengerjaannya:
a.
Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan
cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan
acuan cetak adalah: pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun
pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.
b. Potonglah
penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan
bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan
sangat menentukan hasil cetakannya.
c. Siapkan
pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya.
Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk
pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan
cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu
menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air.Pewarna serbuk, cukup
disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca,
formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan
digosok-gosokan pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka
terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon,
atau pada kapas.
d. Mencetakkan
acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.
a)
Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada
pewarna yang ada pada alas warna tadi.
b)
Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak
tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.
c)
Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak
akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan
kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan
pada kertas yang sama atau yang lain.
d)
Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan
cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut
pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti
pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan
pencetakkannya.
e)
Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada
acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi,
hasil cetakannya tidak akan memuaskan.
Proses
pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:
1)
Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya
tidak terlalu lebar.
2)
Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak
penampang. Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta
tidak terlalu encer.
3)
Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas
pewarna.
4)
Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi
tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan
daun itu dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di
atas permukaan daun tersebut.
Pada cetak
umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu. Umbi-umbian yang
biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang,
talas, wortel, ketela pohon.
Proses
kerjanya sebagai berikut:
1)
Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak
serata mungkin.
2)
Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang
rata tadi.
3)
Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan
yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau
menorehnya.
4)
Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun
sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering.
Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal seperti itu, karena ternyata ada umbi-
umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan
cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk
acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu
dengan air. Sekali lagi tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.
Perlu
diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan
umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik
hasilnya.
Berikut
adalah hasil karya saya