Jumat, 04 April 2014

Fenomena Gambar "Gunung Kembar"

Fenomena Gambar “Gunung Kembar”

 

Oleh

Jajang Suryana

Diresume oleh Kadek Ayu Sasmita Dewi

 

Pola gambar gunung kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar karya anak-anak Indonesia. Pola ini, selalu muncul dalam gambar buatan anak-anak di manapun anak-anak itu bertempat tinggal. Lukisan gunung kembar di tengahnya ada matahari kemudian ada gambar beberapa burung terbang dihiasi dengan hamparan sawah dan jalan tampaknya sampai detik ini masih menempati papan atas blantika karya lukis anak-anak Indonesia. Entah sejak kapan karya itu muncul tapi yang jelas sampai hari ini kita masih banyak menjumpai lukisan-lukisan itu di ruang sekolah anak-anak SD. Menyaksikan anak-anak itu berkarya mengingatkan diri sendiri pada masa kecil yang juga berkarya persis seperti apa yang diimajinasikan mereka.

Anak-anak memang memiliki daya rekam yang tinggi. Kreasi mereka dalam melukis gunung kembar tidak lepas dari peran guru yang berangkali memberikan doktrin untuk menggambarnya melalui apa yang dia contohkan lewat papan tulis. Guru ini yang masa kecilnya juga demikian mencoba untuk mentransformasikan apa yang sudah dia dapat di masa lalu kepada anak-anak sehingga hal ini akan terus berkesinambungan dari generasi ke generasi. Dalam banyak hal, masa lalu guru, orang tua atau siapa saja yang mengasuh anak-anak ditanamkan dalam diri mereka sehingga anak-anak menjadi produk masa lalu mereka. Hal ini tidak sepenuhnya salah selama tidak mengekang kreatifitas anak-anak. Bahkan masa lalu yang baik barangkali bisa menjadi sumber inspirasi untuk kemudian ditransformasikan kepada anak-anak setelah melalui berbagai pengembangan yang sesuai dengan zamannya.

Orang tua sebagai pelaku masa lalu tentu sudah belajar banyak hal tentang arti kehidupan sehingga seharusnya mereka bisa merangkum pelajaran-pelajaran darinya untuk kemudian dijadikan resep racikan masa depan anak-anak. Fenomena lukisan gunung kembar bisa dijadikan pelajaran bahwa masa kanak-kanak adalah masa paling penting untuk membentuk segala hal yang berkenaan dengan anak-anak termasuk kepribadian mereka. Orang tua harus jeli melihat pengalaman masa lalu sebagai referensi pembentukan karakter anak. Janganlah sibghoh (celupan, pengaruh) orang tua terhadap anak-anaknya kalah oleh sibghoh budaya luar (TV, internet, sekolah dll) yang barangkali banyak negatifnya. Pengawasan ketat dalam artian moderat (tidak mengekang tapi juga tidak membebaskan secara mutlak) dengan latar belakang kasih sayang yang benar akan memberikan pengaruh positif luar biasa bagi perkembangan anak-anak.

Lukisan gunung kembar masih menjadi tradisi turun temurun generasi kita di balik lunturnya budaya-budaya lain seperti lagu-lagu anak yang kian menghilang karena degradasinya oleh lagu-lagu dewasa yang hingar bingarnya terdengar di penjuru rumah. Masih eksisnya lukisan gunung kembar karena praktek berulang-ulang di bangku sekolah bisa dipandang sebagai sesuatu yang positif atau negatif tergantung dari sudut pandang mana. Lukisan gunung kembar menjadi gambaran keberhasilan doktrinitas sebagian pengasuh anak-anak di Indonesia tapi juga kegagalan dalam pengembangan kreatifitas. Doktrin yang sesuai porsi anak tentu menjadi pengawal yang baik bagi pengembangan kreatifitas mereka yang di zaman ini sudah bisa  diakses lewat apa saja. Kalau sudah begini, siapa saja harus menjadi orang tua yang bijak dan cerdas jika menginginkan generasi yang berkualitas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar